
Pemikiran Modern dan Postmodern: Dari Rasionalitas ke Relativitas
Latar Sejarah Pemikiran Moderndan Postmodern
Pemikiran Modern dan Postmodern: Dari Rasionalitas ke Relativitas -Semangat pencarahan (Enlightenment) melahirkan pemikiran modern di abad ke-17 hingga 19. Para pemikir pada masa itu, seperti René Descartes, Immanuel Kant, dan Francis Bacon, mengedepankan akal sebagai alat utama untuk memahami dunia. Rasionalitas, objektivitas, dan ilmu pengetahuan menjadi landasan utama dalam membangun peradaban. Modernitas percaya bahwa manusia, melalui nalar dan metode ilmiah, dapat mengontrol alam, menciptakan kemajuan, dan menemukan kebenaran universal.
Modernisme berkembang dalam berbagai bidang—dari filsafat, seni, hingga arsitektur—dengan ciri khas struktur yang teratur, logika yang konsisten, serta keyakinan pada kemajuan linear. Dalam dunia sosial dan politik, pemikiran modern menghasilkan institusi demokrasi, hak asasi manusia, dan sistem pendidikan formal yang berbasis ilmu pengetahuan.
Namun seiring waktu, muncul kritik terhadap klaim objektivitas dan absolutisme dalam pemikiran modern. Dari sinilah postmodernisme muncul sebagai respons kritis.
Kritik Postmodern terhadap Rasionalitas
Postmodernisme muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai bentuk kritik terhadap kepercayaan penuh pada nalar dan kemajuan yang menjadi dasar pemikiran modern. Tokoh-tokoh seperti Michel Foucault, Jacques Derrida, dan Jean-François Lyotard menyoroti bagaimana narasi besar (grand narratives) yang di percaya pada era modern justru menyingkirkan banyak suara minoritas dan kompleksitas realitas.
Menurut Jean-François Lyotard postmodernisme merupakan “skeptisisme terhadap metanarasi, penolakan narasi total, atau keraguan terhadap narasi agung”. Artinya, tidak lagi memegang kebenaran mutlak, mengakui keberagaman kebenaran, menerima adanya relativitas kebenaran, atau percaya pada pluralisme kebenaran Semua klaim kebenaran di anggap sebagai konstruksi sosial yang lahir dari konteks tertentu dan sering kali di gunakan untuk mendominasi kelompok lain.
Michel Foucault, misalnya, menunjukkan bagaimana institusi-institusi seperti rumah sakit, penjara, dan sekolah membentuk subjek manusia melalui praktik kekuasaan dan wacana. Jadi, objektivitas ilmiah sekalipun, bagi Foucault, tidak lepas dari struktur kuasa.
Perbedaan Utama Pemikiran Modern dan Postmodern
Perbedaan antara modernisme dan postmodernisme dapat di lihat dari cara keduanya memandang kebenaran, identitas, dan realitas.
Aspek | Modernisme | Postmodernisme |
---|---|---|
Kebenaran | Bersifat umum dan menyeluruh | Nisbi dan tidak mutlak |
Metode | Saintifik, akademis, atau teoretis | Membangun, kontemplatif, dan rasional |
Subjek | Individu rasional, pusat kesadaran | Subjek terfragmentasi, dibentuk oleh budaya |
Narasi | Bergantung narasi besar | Mementingkan narasi kecil dan keberagaman |
Postmodernisme juga banyak berpengaruh dalam seni dan budaya populer. Dalam seni postmodern, tidak ada batas tegas antara “tinggi” dan “rendah.” Parodi, ironi, dan pencampuran gaya (pastiche) menjadi ciri khas.
Relevansi Keduanya dalam Dunia Kontemporer
Meskipun tampak saling berlawanan, pemikiran modern dan postmodern sebenarnya saling melengkapi dalam memahami dunia hari ini. Modernisme masih berperan penting dalam pengembangan teknologi, sains, dan sistem hukum. Tanpa pendekatan rasional dan metodologi yang tertib, kemajuan ilmu pengetahuan akan sulit dicapai.
Namun di sisi lain, postmodernisme membantu kita lebih peka terhadap keberagaman, ketimpangan, dan konstruksi sosial yang tersembunyi dalam institusi modern. Karena dalam era media sosial dan globalisasi, relativitas kebenaran dan pentingnya perspektif lokal menjadi isu utama. Postmodernisme memberi kita alat untuk mempertanyakan narasi dominan, seperti propaganda, media, atau standar kecantikan global.
Misalnya, dalam dunia pendidikan, pendekatan modern cenderung menstandarkan pengetahuan, sementara pendekatan postmodern mendorong keberagaman kurikulum dan kesadaran kritis terhadap latar belakang budaya siswa. Dalam politik, postmodernisme membantu membongkar retorika populisme atau wacana yang memarginalkan kelompok tertentu.
Kesimpulan:
Perjalanan dari modern ke postmodern bukanlah sekadar pergantian tren, melainkan refleksi mendalam atas bagaimana manusia memahami dunia dan dirinya sendiri. Di tengah kompleksitas realitas saat ini, pendekatan kritis dan keterbukaan terhadap pluralitas ide menjadi semakin penting. Daripada memilih salah satu, menggabungkan rasionalitas dan kesadaran akan relativitas justru menjadi langkah bijak dalam menghadapi tantangan zaman.
Previous :